Senin, 07 Januari 2008

Mantra

Mantra adalah bagaikan mesin roket yang mendorong pikiran mengalahkan "medan gravitasi" kesadaran tingkat rendah, menembus hiruk pikuknya alam bawah sadar, menuju tingkat kesadaran tinggi - dan lebih tinggi. Jadi suatu proses meditasi yang betul akan membangkitkan enersi psikis yang luar biasa besarnya melalui konsentrasi yang ketat pada mantra.

Beberapa cara meditasi melibatkan pengulangan suara tertentu ecara internal, dan menganjurkan kepada para pelakunya agar tidak terlalu melakukan konsentrasi. Teknik seperti itu akan menyegarkan dan membuat orang relaks, namun untuk peningkatan rohani, konsentrasi tetaplah sangat perlu - yaitu usaha intensif untuk memfokuskan pikiran pada mantra.

Seperti pada seorang petani yang sepenuh pikirannya berada pada anaknya yang sakit, atau seperti pada seorang ahli kimia yang sedang menaruh perhatiannya pada risetnya, atau seperti pada seorang cenayang sedang berkonsentrasi pada bola kristalnya - perhatian penuh pikiran pada suatu titik perhatian akan meningkatkan enersi internal dan mengangkat pikiran ke tingkat yang lebih halus. Beberapa percobaan atas para pelaku meditasi di ?nanda M?rga dimulai dari proses konsentrasi. Hasilnya, alih-alih tertidur atau menjadi relaks secara pasif, badan dan pikiran mereka secara faal menjadi sangat aktif: bukannya berkurang, malah lebih banyak enersi yang mengalir dalam tubuh mereka.

Tiga sifat mantra

Ciri mantra yang pertama: Berdenyut

Apa yang hebat pada mantra sehingga hanya dengan menaruhnya pada fokus pikiran, seseorang dapat meningkat meninggalkan wacana ketidak-tahuan dan ilusi yang terjadi pada tingkat pikiran yang lebih rendah?

Mantra harus memiliki tiga ciri agar dapat menenangkan pikiran yang selalu liar, memberinya tenaga, dan menghantarkannya ketingkat wacana yang lebih halus. Ciri itu adalah berdenyut, berlagu, dan berarti.

Yang pertama, mantra harus berdenyut. Mantra harus mempunyai dua suku kata sedemikian sehingga dapat larut secara ritmis seiring napas, karena pernapasan sangatlah berpengaruh pada tingkat kesadaran seseorang. Anda mungkin menyadari bahwa saat marah atau kesal, napas anda akan menjadi cepat dan cekak, sedang bila anda terserap dalam suatu kegiatan, secara alamiah napas akan lambat dan dalam.

Tugas pernapasan sangat erat kaitannya dengan aliran enersi hidup dalam tubuh, yaitu prana, dan selanjutnya prana sangat berpengaruh pada pikiran. Kalau pernapasan cepat dan tak teratur, prana akan bergerak tak teratur dan kacau, sehingga pikiran menjadi terganggu dan tak jelas. Makin lambat pernapasan dan makin teratur, maka makin teratur pula prana, dan akan makin tinggi pula konsentrasi dan pengaturan pikiran.

Suatu ketika ada seorang menteri yang melakukan sesuatu yang sangat mengesalkan rajanya. Sebagai hukuman, sang raja memenjarakannya di puncak sebuah menara yang sangat tinggi, untuk dibiarkan mati. Malam itu, isteri setia sang menteri mendatangi menara, sambil menangis, mencoba mencari jalan untuk membantu suaminya melarikan diri. Sang menteri minta pada isterinya untuk kembali lagi esok malamnya dengan membawa segulung tali, benang, dan serat sutra, lalu seekor kumbang, dan satu poci madu. Meskipun heran dengan perintah aneh itu, isteri itu datang lagi keesokan malamnya memenuhi semua permintaan. Menteri memintanya agar serat sutera diikatkan kuat-kuat pada kaki kumbang, kemudian sungut kumbang diolesi madu, dan agar kumbang itu ditaruh di dinding menara dengan kepala menghadap ke atas. Tertarik aroma madu, kumbang itu merayap perlahan menyusuri tembok, menarik serat sutera di kakinya. Beberapa jam kemudian kumbang sampai ke atas, dan serat sutera ditangkap oleh Menteri. Kemudian dia meminta isterinya untuk mengikatkan benang yang lebih kuat pada ujung serat sutera yang tergantung itu, dan ditariknya serat sutera tadi sampai terpegang olehnya ujung benang.. Menteri minta agar isterinya mengikatkan tali yang besar pada ujung benang. Setelah ditariknya benang sampai ke atas, ditangkapnya ujung tali, diikatkannya pada jendela menara - dan dia meluncur menuju kebebasan.

Serat sutera itu adalah pernapasan, sedangkan benang adalah prana atau enersi hidup, dan tali itu adalah pikiran. Dengan mengendalikan pernapasan, kita dapat mengendalikan prana, dan dengan mengendalikan prana, kita dapat mengendalikan pikiran. Dengan demikian kita dapat lepas dari semua keterikatan.

Jadi mantra haruslah terdiri dari dua suku kata sehingga dengan dirapalkannya dalam diri kita secara berirama akan memperlambat pernapasan, menstabilkan prana, dan menenangkan serta mengendalikan pikiran yang liar.

Ciri mantra ke dua: Berlagu

Sifat kedua dari mantra adalah harus berlagu. Mantra harus mempunyai suara tertentu, harus mempunyai pola getaran tertentu, dapat dinyanyikan secara batin, sehingga dapat mengangkat getaran dirinya atau "irama keberadaannya".

Setiap keberadaan dalam ciptaan ini memiliki irama keberadaan masing-masing, suatu nada tertentu dalam tata suara universil. Dari denyut quasar sampai oskilasi elektron - dari melodi ultrasonik pegunungan sampai dengung tak henti semua makhluk, menyanyi dan berceloteh, berkepak dan bertepuk, tertawa dan menangis - semua nada itu menjadi panggung orkes kosmis tak berbatas.

Sumber dari gerak berirama tak pernah henti ini adalah Kesadaran Tak Terhingga, tenang tanpa suara, lautan kedamaian. Tak terganggu oleh getaran apapun, mengalir sepanjang garis lurus tak terhingga dalam keabadian.

Para bijak jaman dahulu, setelah berhasil menyatukan pikirannya ke dalam lautan Kesadaran yang tak terungkap ini, menyadari bahwa jagad raya ini hanyalah permainan getaran dari berbagai gelombang dengan berbagai panjang gelombang. Dengan kemampuan intuitif, mereka berhasil mengerti suatu hukum tata suara alami yang mengatur semua aliran getaran itu, dan mereka mengembangkan suatu pengetahuan yang halus mengenai suara dan pengaruhnya pada ciptaan - tanpa suatu perangkat mekanis apapun.

Musik India, dikembangkan oleh master yoga yang agung, Shiva, tujuh ribu tahun lebih yang lalu, adalah salah satu cabang dari pengetahuan ini. R?ga klasik, atau tangga nada, secara sangat halus diselaraskan dengan irama alami sehingga suatu r?ga tertentu hanya dimainkan atau dinyanyikan pada musim tertentu dan waktu tertentu dalam hari, agar dapat diperoleh efek emosi yang khas pada pemain dan pendengarnya. Sebuah r?ga hanya dimainkan saat fajar musim semi untuk membangkitkan semangat cinta universil, yang lain hanya dinyanyikan sore hari musim panas, untuk membangkitkan cinta tak bersyarat, sedangkan yang lain lagi hanya siang hari sepanjang musim penghujan, untuk menumbuhkan keberanian.

Juga duceritakan bahwa para master musik itu tidak hanya mengendalikan emosi manusia, namun juga semua manifestasi alam karena mereka dapat menghasilkan panas dan hujan sekehendak hati, dan hanya dengan getaran suaranya saja sebuah perangkat musik yang ditala dengan baik akan ikut beresonansi mengiringi. Sejarah menuliskan kemampuan istimewa Tansen, pemusik istana dari Akbar Agung. Karena diperintahkan raja untuk menyanyikan r?ga malam di saat matahari terik, maka getar suara Tansen mendadak menyelimuti seluruh istana dengan kegelapan.

Namun paling halus dari seluruh pengetahuan mengenai suara ini adalah pengetahuan mengenai mantra. Para master tahu bahwa irama keberadaan setiap orang bergetar pada frekwensi tertentu. Seperti halnya banyak perangkat musik dalam suatu orkes memainkan suatu laras suara, gabungan berbagai "bio-ritme" pikiran dan tubuh (gelombang psikis, denyut panas, kecepatan metabolisme, dll.) semuanya menghasilkan suatu "lagu" yang khas bagi seseorang. Bila lagu seseorang ini ditingkatkan kearah yang lebih halus dengan frekwensi yang lebih rendah, akhirnya akan menjadi tak terhingga - dan pikiran akan menyatu kedalam Kesadaran Kosmis.

Setelah melalui berbagai percobaan batin, para yogi telah mengembangkan seperangkat suara yang ampuh yang disebut mantra, yang bila dilagukan dalam pikiran, akan beresonansi dengan irama keberadaaan dirinya dan secara perlahan akan bertransformasi menjadi suatu garis lurus tak terhingga Kedamaian Yang Mahatinggi.

Suara-suara ini berasal dari dalam tubuh mereka sendiri, dan disusun menjadi suatu abjad dan bahasa yang paling tua di bumi: yaitu Sansekerta.

Sansekerta: kidung abadi tubuh manusia

Tutuplah mata sebentar, dan coba dengarkan.

Apa yang anda dengar? Meskipun kita berada dalam suatu lingkungan yang "sunyi", demikian banyak suara menyerbu telinga kita: guruh mesin yang membosankan, suara kejauhan terbawa angin, kicau burung, telepon, suara pembangunan gedung, suara lalu lintas, sehingga di dalam dunia modern ini menjadi tidak mungkin membebaskan diri dari suara luar diri kita.

Namun bila kita menarik diri dari suara eksternal itu, kita akan mendengar getaran internal yang sangat lebih halus. Dalam suatu ruang sunyi kedap suara seperti dalam laboratorium ilmu pengetahuan, beberapa orang berhasil mendengar suara-suara internal ini: resonansi nada tinggi, dan getaran sistim urat syarar mereka yang berguruh, serta denyut darah mereka.

Ribuan tahun yang lalu, para yogi yang bermeditasi dalam kesenyapan gua-gua atau pegunungan, berhasil menarik pikiran mereka bukan saja dari suara-suara eksternal, namun juga dari suara-suara tubuh sendiri. Maka mereka dapat memfokuskan pikirannya pada pusat-pusat enersi halus dalam diri mereka. Sepanjang tulang punggung dan di dalam otak, terdapat tujuh pusat enersi atau Chakra yang mengendalikan berbagai tugas tubuh dan pikiran. Kebanyakan orang tidak sadar akan adanya chakra ini, namun begitu mereka menjadi lebih halus berkat meditas, maka pusat-pusat enersi itu akan disadari keberadaannya dan dapat dikendalikan.

Keberadaan semua chakra itu telah diungkapkan oleh berbagai orang suci yang telah tercerahkan dan berbagai mistikus dari berbagai jalan rohani maupun ragam kebudayaan - oleh para penganut Buddha, China kuno, Hindu, Tantrika, mistikus Kristen dan Yahudi, para Sufi, suku Indian di Amerika. Akhir-akhir ini, ilmu pengetahuan telah mengenalinya juga. Berbagai perangkat yang peka telah mengukur keluaran enersi (di atas jangkauan frekwensi yang telah dikenal bersumber dari sistim anatomi biokimia), yang muncul dari permukaan badan yang letaknya tepat pada tempat-tampat chakra itu.

Para yogi kuno itu telah mengarahkan telinga internalnya pada pusat-pusat enersi ini, dan telah berhasil mendengar dan mengenali berbagai getaran yang muncul dari setiap pusat enersi - semuanya ada 49 ragam getaran. Mereka kemudian mengucapkannya satu persatu, dan masing-masing suara internal itu menjadi satu huruf dalam abdjad Sansekerta.

Dengan demikian bahasa Sansekerta - sering pula disebut sebagai "bunda segala bahasa" - dibangun dari suara-suara yang dikeluarkan oleh enersi halus internal. Maka Sansekerta menjadi kidung abadi tubuh manusia.

Mantra mengembangkan irama keberadaan

Para Yogi kemudian menggabung-gabungkan suara-suara ampuh itu menjadi mantra yang selaras dengan irama jagad kosmis. Selama ribuan tahun mantra-mantra ini tak pernah dituliskan, agar jangan sampai disalahgunakan oleh para pencari kekuasaan, namun selalu diturunkan langsung dari guru kepada muridnya. Bahkan sampai sekarang, mantra harus dipelajari secara pribadi dari guru ?nanda M?rga yang berwenang, karena setiap orang akan berbeda irama keberadaannya, sehingga memerlukan mantra yang berbeda untuk diterapkan. Dengan demikian semua orang dari berbagai bangsa, tak peduli bahasanya, akan selalu menggunakan mantra Sansekerta untuk meditasi, karena Sansekerta adalah bahasa universil untuk penyadaran diri.

Pengulangan lagu musik halus internal dari mantra ("irama berlagu") dalam meditasi akan menggetarkan chakra-chakra dan menenangkan pikiran liar.

Secara perlahan, ritme keberadaan pelaku meditasi akan melambat dan berresonansi dengan mantra itu.

Akhirnya, akan berubah menjadi garis lurus ritme kosmis, dan melebur kedalam ketenangan abadi dan lautan Kesadaran Kosmis, ini tujuan semua praktek yoga.

Ciri Mantra ketiga: mempunyai arti

Mantra bukan hanya getaran, atau suara berdenyut berulang yang menyelaraskan semua irama pikiran dan tubuh dengan Irama Yang Maha Tinggi, namun juga mempunyai arti yang luas pula.

Para yogi selama berabad-abad telah mengajarkan suatu kebenaran sederhana: "Apa yang kau pikirkan, akan menjadi itulah kamu". Sudah menjadi kesepakatan psikologi bahwa pikiran akan menjadi seperti apa yang dipikirkannya. Berbagai percobaan telah menunjukkan bahwa kesadaran kita cenderung untuk melebur atau menyata-samakan dirinya pada fokus perhatian yang cukup lama. Visualisasi dan afirmasi seperti ini secara perlahan akan merubah pikiran kita sesuai menurut obyek konsentrasi itu.

Karena mengerti bahwa banyak orang sering terbelenggu oleh buah pikiran negatip atau rendah mengenai dirinya sendiri, maka para ahli psikologi mencoba merubah "citra diri" kita sehingga tingkah laku kita menjadi berubah bentuk sama sekali. Dalam suatu percobaan, seseorang - dengan berkeringat dan susah payah sebisanya - hanya dapat mengangkat beban 150 kg. Namun di bahwa kendali hipnotis "Kamu adalah orang terkuat di dunia dengan kekuatan tiada tara!" dia dapat mengangkat beban 200 kg dengan mudah sekali.

Masa kini, kekuatan "berpikir positip", affirmasi positip dan visualisasi kreatip sering dipergunakan oleh banyak orang di seluruh dunia agar mereka menjadi lebih berhasil, lebih populer, lebih kaya. Namun tujuan yoga tidaklah sesempit atau terbatas pada keberhasilan duniawi atau kekayaan. Tujuannya tidak kurang dari sesuatu yang tak terhingga - perluasan pikiran seseorang untuk melebur ke dalam Kesadaran Mahatinggi.

Jadi proses meditasi juga mempergunakan afirmasi berulang - arti mantra "Saya adalah Kesadaran Takhingga", "Saya adalah satu dengan Itu" sesungguhnya adalah kebenaran - pada tingkat yang paling tinggi dari keberadaan kita, kita adalah sangat tak terhingga dan sejak abadi kita memang selalu demikian, kita hanya tidak menyadarinya karena kita selalu menyatakan diri kita sesuai dengan ego kita yang kecil, dengan keterbatasan tingkat pikiran kita yang rendah.

Dengan latihan harian, dengan ideasi terus menerus "Saya adalah Itu" kita secara perlahan akan mengurangi identifikasi diri kita dengan tubuh dan pikiran kita yang rendah, dan akan menyatakan diri dengan Aku yang penuh kebahagiaan surgawi di dalam lubuk diri kita. Pikiran secara perlahan akan berkembang dan mencapai tingkat yang makin dan makin tinggi, dan pada suatu hari yang bahagia kita dapat terbebas dari semua keterikatan ego dan menyadari bahwa kita bukanlah tubuh ini, atau kita bukanlah pikiran ini, kita bukanlah diri kita yang tak sempurna ini - kita adalah tak terhingga. Kita adalah Kesadaran Mahatinggi. Pada saat itu, kita telah melampaui mantra, -- melampaui denyut, malampaui getaran, melampaui ideasi - dan dalam kesenyapan tanpa napas kita akan larut dalam ekstase bersatu dengan sumber segala hal.

Lambat atau cepat, kita akan mengalaminya - karena ini adalah hak sejak lahir yang dimiliki setiap manusia. Setiap orang merupakan saluran dari kekuatan, enersi, dan pengetahuan yang tak terhingga - suatu wadah untuk diisi dengan rahmat yang tak berkesudahan. Bebagai ungkapan dari mimpi, hipnotis, halusinasi, saat-saat kreatif sekejap, dan penglihatan intuitif, semuanya menunjukkan gambaran betapa tak terbatasnya kemampuan dalam diri kita. Kini kita harus mengendalikan arus pikiran eksternal kita dan membelokkan kesadaran kita ke dalam pada dirinya sendiri sehingga kita dapat menjelajahi Kerajaan Terang di dalamnya.

"Kesadaran Mahatinggi berada di dalam dirimu seperti mentega ada di dalam susu, olah pikiranmu melalui meditasi dan Dia akan muncul - dan kau akan melihat bahwa pantulan sinar Kesadaran Mahatinggi menerangi seluruh kedalaman dirimu. Bagimu Dia bagaikan sungai di bawah tanah. Singkirkanlah pasir pikiranmu dan kau akan menemukan air jernih dan sejuk di dalamnya." -- Shrii Shrii Anandamurti.


(dari www.anandamarga.or.id)

Tidak ada komentar: